Renungan Ramadhan Hari ke-16
Sisi Lain Beriman Pada yang Ghaib
Kita berpuasa bertujuan untuk menjadi orang yang bertaqwa, seperti yang dijanjikan Allah Ta’ala dalam Al Quran. Disebut pula dalam Al Quran di awal surat Al Baqarah, bahwa sifat orang bertaqwa yang pertama adalah beriman pada yang ghoib. Seperti, beriman pada Allah, malaikat, hari akhirat, taqdir, dan lain-lain.
Kita di sini bukan sedang membahas rukun iman, tapi kita ingin melihat sisi lain dari beriman pada yang ghaib. Yaitu, beriman akan balasan Allah Ta’ala, berupa pahala.
Sebenarnya, ini erat hubungannya dengan beriman pada hari akhirat. Karena, intinya pahala adalah masuk surga, dan surga akan dimasuki di hari akhirat kelak.
Oleh karena itu, banyak hadits yang menyemangati untuk berbuat baik dimulai dengan ucapan Rasulullah, “barang siapa yang beriman pada Allah Ta’ala dan hari akhirat, maka berbuatlah ini… dan itu…”.
Marilah kita intip beberapa manfaat dari beriman pada adanya pahala.
Menghapus riya dan sum’ah
Dengan iman pada adanya pahala, akan mengikis habis sifat riya dan sum’ah, yang notabene sifat itu mengharapkan balasan di dunia semata, berupa pujian manusia. Sedangkan pahala yang hakiki diharapkan nanti hanyalah di akhirat, di mana tidak berharga lagi harta dunia di hari tersebut.
Tujuan akhirat, itulah pembeda kita dengan orang kafir.
Allah Ta’ala berfirman, menyatakan sifat orang kafir:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Artinya: “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia; sedangkan tentang kehidupan akhirat mereka lalai. (QS. Ar Rum: 7)
Memberi semangat
Beriman akan adanya pahala adalah penyemangat untuk beramal. Orang yang berputus asa di dunia adalah orang yang merasa tidak mungkin lagi mencapai harapannya. Bisa jadi karena sudah terlambat masanya; atau sudah habis harta yang sedang dikejar; atau karena saking banyaknya saingan. Putus asa ini tidak berlaku dalam pahala. Sebelum kamatian menjelang belum terlambat untuk meraih pahala; pahala tidak akan habis, karena yang memberikannya adalah Yang Maha Kaya, pemilik alam semesta.
Jadi, walaupun terkadang merasa tidak mampu lagi untuk menjadi sukses di dunia, tetaplah beramal, karena masih ada pahala yang menanti di akhirat.
Tidak marah walaupun dilecehkan
Beriman pada adanya pahala tidak membuat orang minder atau terhinakan. Biasanya minder datang akibat ejekan dan cemoohan. Akan tetapi, orang yang percaya akan adanya pahala tidak akan terpengaruh dengan hinaan tersebut. karena, ia percaya bahwa Allah Ta’ala akan menghadiahkan padanya pahala orang yang menghinanya di hari akhirat nanti; atau dosa dia akan dialihkan pada orang yang menghinanya.
Jadi, untuk apa marah pada organ yang menghina kita? Gara-gara dia, kita mendapatkan pahala gratis atau pengurangan dosa. Kalau perlu, kita datangi dia lalu kita berikan bingkisan parcel seraya berkata, “saya dengar anda menghina saya, maka saya berterima kasih karena Anda telah menghadiahkan pahala anda untuk saya. Maaf, hanya ini yang bisa saya berikan sekarang untuk membalas kebaikan anda”.
Sebenarnya kita hanya pantas marah bila agama Islam yang dilecehkan; bila Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dihinakan. Karena, marah disebabkan hal itu akan mendatangkan pahala. Sedangkan marah karena orang menghina kita pribadi, itu hanyanya sikap membela diri, bukan sedang membela agama.
Saudaraku Kaum Muslimin
Jadikanlah puasa kita yang berdasarkan “Imanan” dan “Ihtisaban” sebagai pelajaran untuk selurah aktifitas kita di dunia ini. agar kita bisa mendulang pahala di akhirat kelak.
Penulis: Ustadz Muhammad Yassir, Lc (Dosen STDI Imam Syafi’i Jember)
PengusahaMuslim.com
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial